HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN ASAL TERNAK DENGAN
STATUS GIZI ANAK BALITA PADA
KELUARGA DI KECAMATAN BANGKO
KABUPATEN MERANGIN
Hermayadi. N, Firmansyah1) dan Nahri Idris2)
Hermayadi.N@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pangan asal ternak dengan status gizi anak
balita pada keluarga, status gizi
pada anak diamati berdasarkan panjang badan dan bobot badan balita. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bangko, Kabupaten
Merangin pada tanggal 31 Maret sampai tanggal 28 April
2013. Penelitian
dilakukan dengan metode survey dan pengamatan langsung ke lapangan. Pemilihan lokasi penelitian dengan
metode Simple
Random Sampling terhadap 4
kelurahan dan 4 desa, yang terpilih 2 desa 1 kelurahan yaitu, Desa Kungkai,
Desa Dusun Mudo dan Kelurahan Pematang Kandis Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin. Untuk mengetahui hubungan pangan asal ternak terhadap status gizi anak balita di gunakan uji korelasi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi pangan asal ternak memiliki
korelasi lemah terhadap panjang badan, hal ini berarti semakin naik tinggi badan maka
konsumsi cenderung semakin meningkat, sedangkan hubungan konsumsi pangan asal
ternak terhadap bobot badan memiliki korelasi negatif yang berarti semakin
tinggi bobot badan maka konsumsi cenderung semakin menurun demikian pula
sebaliknya.
Kesimpulan dari
hasil penelitian adalah konsumsi hasil ternak pada balita di Kecamatan Bangko,
Kabupaten Merangin lebih berpengaruh terhadap panjang badan dan berkorelasi
negatif terhadap bobot badan.
Keterangan : 1) Pembimbing Utama
2) Pembimbing Pendamping
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi
sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan
ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup terdistribusi dengan
harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang
aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu (Saliem, dkk; 2002). Siswono (2002)
menambahkan bahwa pangan pada dasarnya
merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Demikian asasinya pangan
bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaanya harus dapat dijamin dalam
kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi humanistik
masyarakat, yaitu hidup maju, mandiri, dalam suasana tenteram, serta sejahtera
lahir dan batin. Pangan asal ternak
merupakan pangan yang paling diutamakan untuk memenuhi asupan nutrisi pada
tubuh manusia, ditambah lagi pangan hasil ternak merupakan pangan yang termasuk
dalam kebijakan pemerintah yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sangat dianjurkan oleh
pakar kesehatan, apalagi untuk anak balita yang sangat dianjurkan untuk
memenuhi asupan gizi anak balita.
Pangan hasil hewani tersebut ialah daging,
susu dan telur yang semuanya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi AKG
yaitu angka kecukupan gizi. Daging, susu dan telur dapat diolah menjadi makanan
yang bermutu baik seperti daging dapat diolah menjadi sosis, nuget, bakso, susu
dapat diolah menjadi yoghurt, yakult, sedangkan telur bisa diolah menjadi
omelet, mayonais. Sehingga dengan adanya hasil pangan hewani tersebut yang
dapat diolah maka tingkat konsumsi pangan yang dihasilkan oleh ternakpun
menjadi lebih tinggi dan bervariatif.
Kecukupan energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk
melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan pemerintah dalam
membangun pangan, pertanian, kesehatan dan sosial ekonomi secara terintegrasi
dan derajat ketahanan pangan rumah tangga secara sederhana dapat di tentukan
dengan mengevaluasi asupan energi dan protein rumah tangga tersebut.
Ketersediaan pangan berhubugan
dengan tingkat konsumsi pangan keluarga, yang pada akhirnya mempengaruhi status
gizi anggota keluarga. Tingkat konsumsi pada anak balita sangat berhubungan
erat dengan status gizi anak balita. Jika konsumsi anak balita mampu mencukupi
semua kebutuhan gizinya, diharapkan itu akan menghasilkan status gizi yang baik
dan terhindar dari penyakit defisiensi gizi. Tingkat konsumsi pangan anak
balita dipengaruhi oleh persediaan pangan keluarga. Tidak cukupnya ketersediaan
pangan keluarga menunjukkan adanya kerawanan pangan keluarga. Artinya kemampuan
keluarga untuk mencukupi kebutuhan pangan, baik dari jumlah maupun mutu gizinya
bagi setiap anggota keluarga belum terpenuhi, terutama anak balita yang
merupakan satu golongan rawan. Status gizi anak balita sangat rentan terhadap
perubahan status pangan keluarga, dan status gizi anak balita merupakan salah
satu indikator yang dipakai untuk menilai status gizi masyarakat (Soekirman,
2000).
Jumlah penduduk Kecamatan Bangko
pada tahun 2010 adalah 45.557 jiwa dan
pada tahun 2011 berjumlah 46.700 jiwa.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penambahan penduduk dari tahun
2010 sampai tahun 2011 sebesar 1143 jiwa, jika dipersentasekan adalah 2.5 %,
sedangkan jumlah balita pada tahun 2011 berkisar 5.188 jiwa. Guna memenuhi
kebutuhan gizi balita, para orang tua memberikan pangan hewani baik itu yang
sudah diolah maupun yang belum tergantung dari persepsi dan keinginan mereka
masing masing.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin, yang berlangsung dari
tanggal 31 maret sampai tanggal 28 april
2013. Objek yang diamati pada penelitian ini adalah keluarga yang
mempunyai anak balita yang mengkonsumsi pangan asal ternak yaitu daging, susu
dan telur, di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Penelitian ini dilaksanakan
dengan metode survey dan pengamatan langsung ke lapangan. Penelitian tentang
pengaruh konsumsi pangan asal ternak terhadap status gizi anak balita pada keluarga
di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin ini merupakan penelitian survey, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan pengambilan sampel dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data pokok.
Penentuan lokasi sampel dilakukan secara Simple Random Sampling terhadap 4 kelurahan dan 4 desa, yang
terpilih 2 desa 1 kelurahan yaitu, Desa Kungkai, Desa Dusun Mudo dan Kelurahan
Pematang Kandis Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Data yang dihimpun selama
penelitian ialah berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung dan wawancara kepada masing-masing keluarga yang mempunyai anak balita
yang menggunakan atau mengkonsumsi
susu, telur, daging. Data primer yang
diamati meliputi jumlah keluarga yang menggunakan susu, telur, daging dan
jumlah keluarga yang tidak menggunakan susu, telur, daging.
Data sekunder diperoleh dari kantor kepala desa, kantor kecamatan,
posyandu dan instansi terkait. Data sekunder meliputi: keadaan umum wilayah penelitian,
jumlah penduduk, serta jumlah keluarga
yang mengkonsumsi susu, telur dan daging untuk balita. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi
susu, telur, daging dengan status gizi anak dapat menggunakan rumus uji
korelasi product moment
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Bangko
secara geografis terletak antara 180˚-140˚ BT dan 20˚-30˚LS. Sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Nalo Tantan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Pamemang Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bangko Barat, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko Barat dan Kecamatan Batang
Mesumai. Luas Kecamatan Bangko 195 Km2. (sumber kantor Badan Pusat Statistik
Kabupaten Merangin 2012).
Kecamatan Bangko
mempunyai 4 desa dan 4 kelurahan yaitu Desa Sungai Kapas, Desa Kungkai, Desa
Dusun Mudo, Desa Langling, Kelurahan Pematang Kandis, Kelurahan Pasar Bangko,
Kelurahan Dusun Bangko, dan Kelurahan Pasar Atas, dengan jumlah penduduk Kecamatan
Bangko pada tahun 2010 adalah 45.557
jiwa dan pada tahun 2011
berjumlah 46.700 jiwa.
Keadaan Umum Keluarga
Umur Keluarga Yang Mempunyai Balita
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa umur keluarga yang ada di
Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin bervariasi, antara 18 – 40 tahun. Secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Rata-Rata Umur Keluarga Yang Diamati
NO
|
Umur
|
%
|
1
|
18 – 24
|
48,86
|
2
|
25 – 31
|
32,96
|
3
|
>31
|
18,18
|
|
Jumlah
|
100
|
Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa keluarga di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin tergolong berusia produktif berkisar 18 – 24 tahun sebanyak 48,86% , berumur 25 – 31
tahun sebanyak 32,96%, dan sisanya diatas 31 tahun sebanyak 18,18%.
Pendapatan
Masyarakat di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memiliki mata
pencaharian sebagian besar adalah Pedagang, dan PNS. Dari pekerjaan mereka ada
keluarga yang merasa cukup memenuhi kebutuhan untuk menyediakan pangan asal
ternak tadi untuk kebutuhan balita mereka, tapi ada juga sebagian dari mereka
yang mengatakan bahwa pendapatan mereka masih sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan
balita mereka, dikarenakan banyaknya barang yang melonjak naik, terutama susu
dan daging, sehingga sangat sulit untuk mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi
yang dibutuhkan oleh balita mereka. Berikut Tabel Pendapatan Keluarga di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin.
Tabel 3.Pendapatan Keluarga
NO
|
Pendapatan
|
%
|
1
|
<1.000.000
|
22,73
|
2
|
1.000.000 – 1.400.000
|
43,18
|
3
|
>1.500.000
|
34,09
|
|
Jumlah
|
100
|
Dari tabel di atas dapat dilihat,
bahwa keluarga yang berpendapatan dibawah 1.000.000 sebanyak 22,73%, keluarga yang
berpendapatan 1.000.000-1.500.000 sebanyak 43,18%, dan keluarga yang mempunyai pendapatan
diatas 1.500.000 sebanyak 34,09%.
Pendapatan yang tinggi akan
mempengaruhi seseorang dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Untuk
masyarakat yang berpendapatan rendah akan mempertimbangkan dalam membelanjakan
uang merek. Seperti pendapat Mashor (1992), menyatakan bahwa semakin besar pendapatan
suatu keluarga kan mempengaruhi daya beli suatu produk yang akan dibeli
keluarga tersebut.
Pekerjaan Kepala
keluarga yang mempunyai balita
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan laba atau keuntungan. Pekerjaan keluarga yang mempunyai balita di
Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin cukup beragam. Untuk lebuh jelas dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Pekerjaan keluarga yang mempunyai anak balita
NO
|
Pekerjaan
|
%
|
1
|
PNS
|
25
|
2
|
Petani
|
15,91
|
3
|
Pedagang
|
43,18
|
4
|
Tukang ojek
|
15,91
|
|
Jumlah
|
100
|
Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa pekerjaan keluarga yang
mempunyai anak balita sebagai pedagang sebanyak 43,18%, sebagai PNS sebanyak 25%, sebagai petani 15,91%, dan sebagai tukang
ojek sebanyak 15,91%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang mempunyai
balita di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin bekerja sebagai pedagang dan PNS.
Hal ini karena Kecamatan Bangko adalah Pusat Perdagangan dan Pusat Pemerintahan
Kabupaten Merangin.
Tingkat Pendidikan Kepala
Keluarga Yang Mempunyai Anak Balita
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perubahan
pada masyarakat serta juga dapat merubah cara pandang masyarakat dalam menerima
perubahan kearah kemajuan diberbagai bidang dan untuk menerima informasi baru.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 5 tingkat pendidikan keluarga
yang mempunyai anak balita.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Keluarga Yang Mempunyai Anak Balita
NO
|
Pendidikan
|
%
|
1
|
SD
|
13,64
|
2
|
SMP
|
20,45
|
3
|
SMA
|
34,09
|
4
|
S1
|
31,82
|
|
Jumlah
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5
terlihat tingkat pendidikan keluarga yang mempunyai anak balita di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin berpendidikan SMA 34,09%, S1 31,82%, SMP 20,45%, dan SD 13,64%. Ternyata keluarga yang mempunyai anak
balita lebih dominan lulusan SMA dan S1, ini menunjukkan bahwa masyarakat
Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin sudah mengerti tentang pentingnya
pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pola fikir seeorang dalam membelanjakan uangnya serta salah satu faktor yang menimbulkan
perubahan pada masyarakat adalah pendidikan. Menurut Combs dan Achmad (1985) bahwa
pendidikan akan mempermudah mengetahui kesulitan-kesulitan yang di hadapi dalam
rangka memelihara produk yang hendak dibeli.
Konsumsi Pangan Asal Ternak
Hasil penelitian diperoleh bahwa konsumsi pangan asal ternak yang
paling tinggi di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah konsumsi susu yaitu
2894,31 gram/bulan (73,53). Hal ini dikarenakan balita masih mengkonsumsi susu
sebagai kebutuhan pokok, dan orang tua balita menganggap bahwa susu mengandung
gizi yang lebih lengkap dan sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
balita terutama untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita.
Meskipun harga susu termasuk mahal,
orang tua balita tetap mengusahakan untuk memberikan susu kepada balita dengan
alasan susu menjadi kebutuhan pokok balita.
Konsusmsi telur menjadi pilihan ke
dua karena tergolong lebih murah dengan harga sekitar Rp 1.800-2.000 /butir.
Menurut orang tua balita telur merupakan makanan pilihan pengganti daging
(16,87) , karena selain harganya terjangkau, telur juga dianggap mengandung
nilai gizi yamg tinggi dan sesuai kebutuhan nutrisi balita. Konsumsi telur pada
balita di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah 664,09 gram/bulan.
Konsumsi pangan asal ternak paling
sedikit di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah konsumsi daging ayam
(4,93) sedangkan daging sapi (4,67), karena selain harganya mahal, daging masih
kurang sesuai dengan pola konsumsi balita, dikarenakan tekstur daging yang
keras dan balita masih dalam masa pertumbuhan gigi. Harga daging ayam berkisar
antara Rp.75.000-80.000/Kg, sedangkan daging sapi berkisar antara Rp.
100.000-120.000/Kg dengan konsumsi daging ayam 194,31 sedangkan daging sapi
183,82.
Tabel 6. Konsumsi pangan asal ternak pada balita
NO
|
Pangan
asal
Ternak
|
Konsumsi/bulan(Gr)
|
Rata rata
|
%
|
1
|
Susu
|
254.700
|
2894,31
|
73,53
|
2
|
Telur
|
58440
|
664,09
|
16,87
|
3
|
Daging Ayam
|
17.100
|
194,31
|
4,93
|
4
|
Daging Sapi
|
16150
|
183,82
|
4,67
|
Status Gizi Balita Berdasarkan
Tinggi Badan Dan Bobot Badan
Untuk status gizi balita didapatlah hasil bobot
badan serta panjang badan sebagai berikut yaitu, untuk balita usia 1 tahun balita
yang bersataus gizi normal 73,33% dan balita yang berstatus gizi gemuk 27,67%,
balita berumur 2 tahun yang berstatus gizi kurus 8,82%, balita yang berstatus
gizi normal 79,31%, dan balita yang berstatus gizi gemuk 13.33%, balita yang
berusia 3 tahun mempunyai status gizi kurus sebanyak 15% dan yang berstatus
gizi sedang sebanyak 85%, balita yang berusia 4 tahun dengan status gizi normal
berjumlah 100%, dan balita yang berusia 5 tahun bersatus gizi normal berjumlah 50%,
dan yang berstatus gizi gemuk berjumlah 50%.
Tabel 7. Status gizi balita berdasarkan panjang
badan dan bobot badan
No
|
Umur
|
Status Gizi
|
||
|
|
Kurus (%)
|
Normal (%)
|
Gemuk (%)
|
1
|
1 tahun
|
-
|
73,33
|
27,67
|
2
|
2 tahun
|
8,82
|
79,31
|
13.33
|
3
|
3 tahun
|
15
|
85
|
-
|
4
|
4 tahun
|
-
|
100
|
-
|
5
|
5 tahun
|
-
|
50
|
50
|
Hubungan Konsumsi Pangan Asal Ternak Terhadap Status
Gizi Balita
Untuk Mengetahui Hubungan Konsumsi Pangan Asal Ternak terhadap
status gizi anak balita di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin dapat dilihat pada tabel 7 berikut
ini.
Tabel 8. Hubungan konsumsi pangan asal ternak terhadap status gizi anak
balita
No
|
Konsumsi pangan asal ternak dengan status gizi
|
Nilai korelasi
|
1
|
Pangan asal ternak terhadap panjang badan balita
|
0,3
|
2
|
Pangan asal ternak terhadap bobot badan
|
-0,22
|
Berdasarkan hasil uji korelasi
hubungan konsumsi pangan asal ternak terhadap panjang badan diperoleh korelasi
+0,3 yang menunjukkan bahwa konsumsi
pangan asal ternak memiliki korelasi lemah terhadap panjang badan hal ini
berarti semakin naik tinggi badan maka konsumsi cenderung semakin meningkat,
sedangkan hubungan konsumsi pangan asal ternak terhadap bobot badan memiliki
korelasi negatif -0,22 yang berarti semakin tinggi bobot badan maka konsumsi
cenderung semakin menurun demikian pula sebaliknya.
Menurut Nugroho (2005) batas batas
nilai koefisien korelasi berkisar yakni sebagai berikut: 0,00 sampai
dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah, 0,21 sampai dengan 0,40 berarti
korelasinya lemah, 0,41 sampai 0,70 berarti korelasinya kuat, 0,71 sampai
dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat, 0,91 sampai dengan 0,99 berarti
korelasinya sangat kuat sekali, dan 1,00 berarti korelasinya sempurna.
Berat
badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa
tubuh sangat sensitif terhadapperubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan
baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal,
terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan
ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi (Arisman,
2004).
Tinggi
badan merupakan gambaran keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,
tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan
gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa konsumsi pangan asal ternak di Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin memiliki korelasi atau hubungan yang rendah (+0,3) terhadap tinggi
badan dan berkorelasi negatif (-0,22) terhadap bobot badan.
Saran
Perlunya perhatian lebih lanjut dari pemerintah setempat agar lebih
memperhatikan lagi gizi masyarakat khususnya anak balita, dikarenakan balita
berada dalam masa pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi yang lengkap, serta,
untuk harga sembako bisa di turunkan karena masih banyak masyarakat yang
mengeluhkan bahwa harga sembako khususnya daging masih terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M, H.P. Saliem, S.H. Suhartini, Wahida, dan H. Supriadi. 2000.
Analisis Kebijaksanaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berpendapatan Rendah.
Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Combs. dan Achmad.
1985. Ilmu Pengetahuan Sosial. Gramedia. Jakarta
Mashor. 1992. Sosiologi.
Gramedia. Jakarta.
Nugroho. 2005. Statistik. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Siswono, 2006, Indonesian
Nutrition. Available from : http// republika. co. id.[accessed 6 mei 2010].
Soekirman. 1998. Fungsikan Kembali Posyandu.
Harian Merdeka. 13 Oktober
Komentar
Posting Komentar